Mamuju, Jurnalsulbar.com — Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Mamuju mengintensifkan pendataan fasilitas perpustakaan sekolah se Kabupaten Mamuju. Hal ini dalam rangka pembinaan perpustakaan sekolah yang akan dilakukan selanjutnya.
Hingga kini sudah ada 19 sekolah yang didata. Masing-masing 9 sekolah di Kecamatan Papalang, 6 sekolah di Kecamatan Sampaga, dan 4 di Kecamatan Tommo.
“Sejauh ini baru sekolah itu yang sudah kami kunjungi untuk dilakukan pendataan perpustakaan sekolah,” ujar Enumerator Pendataan Perpustakaan Sekolah, Dispusip Mamuju, Syafri Arifuddin, Rabu 31 Juli 2024.
Selama pendatan, Dispusip Mamuju mendapati sejumlah temuan. Di antaranya, tidak tersedinya perpustakaan di sekolah, koleksi buku minim, serta temuan lainnya.
“Banyak juga yang di perpustakaan sekolah itu hanya dipenuhi buku pengayaan. Adapun buku umum itu sangat minim dan bahkan tidak ada,” terangnya.
Pendataan itu mencakup beberapa komponen. Di antaranya ketersediaan perpustakaan sekolah, jumlah koleksi, SK pendirian, pengelola, serta hal lainnya.
Kepala Dispusip Mamuju, Fauzan Basir menjelaskan, pendataan itu dilakukan untuk mencapai beberapa tujuannya. Pertama, kata dia, untuk menghadapi akreditasi perpustakaan.
Akreditasi dibutuhkan untuk memastikan layanan di perpustakaan itu berkualitas dan dikelola dengan baik, sehingga dapat menunjang kegiatan literasi murid.
“Selanjutnya dalam rangka pembinaan untuk mendorong supaya aktivitas literasi itu bisa lebih masif lagi di sekolah,” ucap Fauzan.
Hasil pendataan itu akan menjadi dasar pengambilan keputusan bagi Fauzan untuk memberikan intervensi kebijakan.
Dia menjelaskan, sekolah yang tidak memiliki perpustakaan akan ditindaklanjuti melalui koordinasi dengan Disdikpora Mamuju sebagai leading sector pembangunan fisik di sekolah.
“Bagi yang punya (perpustakaan sekolah, red), kami selaku pembina akan mengarahkan mereka. Kami akan bikin pelatihan bagaimana caranya pustakawan mengklasifikasi dan membuat perpustakaan itu bisa menarik,” terangnya.
Selain itu, sekolah yang hanya memilik buku pelajaran atau pengayaan juga akan menjadi objek pembenahan.
Menurut Fauzan, sekolah juga perlu melakukan pengadaan buku umum agar murid dapat menikmati buku bacaan lain.
“Kita akan arahkan, bagaimana nanti pengadaan bukunya itu, sedikit banyaknya harus ada untuk buku umum. Jangan pengayaan semua, agar anak-anak tidak bosan dan tertarik untuk membaca,” tandas Fauzan.