Mamuju, Jurnalsulbar.com — Dalam rangka hari Nusantara 2023, Dewan Pengurus Daerah (DPD) Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Kabupaten Mamuju menggelar rembuk iklim pesisir. Dengan tema “Laut Semakin Ganas: Menanti Solusi Konkrit Perlindungan Nelayan Kecil, Masyarakat Pesisir serta Kepulauan dari Perubahan Iklim, kegiatan tersebut dilangsungkan di Desa Tapandullu, Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju. Sabtu (2/12/2023).
Hadir pada kegiatan tersebut, ketua umum terpilih PC. PMII Mamuju periode 2023-2024 Refly Sakti Sanjaya selaku narasumber. Dalam narasinya ia berharap agar penyusunan kebijakan tata ruang pesisir dan pulau-pulau kecil di Sulawesi Barat (Sulba) (Perda RZWP3K Sulbar) untuk terus dikawal bersama oleh seluruh pihak
“Selain keterlibatan pemuda-mahasiswa, Ormas nelayan seperti KNTI, masyarakat pesisir khususnya nelayan tradisional yang kita ketahui sebagai subjek langsung dari kebijakan tersebut seharusnya wajib diilibatkan sebagaimana mandat dalam ayat 2, pasal 14, UU No. 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil,” ungkap Refli Sakti Sanjaya.
Ia menambahkan, mekanisme penyusunan RSWP-3-K, RZWP-3-K, RPWP-3-K, dan RAPWP-3-K pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota harus dilakukan dengan melibatkan Masyarakat.
Pihaknya pun mendorong representatif komunitas gerakan pemuda-mahasiswa di Kabupaten Mamuju bahwa berbicara soal perlindungan terhadap nelayan kecil itu sesungguhnya tergantung dari bagaimana keberpihakan kebijakan tata ruang pesisir dan pulau-pulau kecil (Perda RZWP3K).
“Kalau alokasi ruang yang ditetapkan dalam Perda tersebut lebih banyak memberikan wilayah kelola untuk korporasi pertambangan dan wilayah untuk pembangunan pelabuhan penampung komoditas tambang dibandingkan dengan wilayah kelola untuk masyarakat pesisir dan nelayan kecil (wilayah tangkap nelayan), maka sudah pasti jaminan perlindungan nelayan akan terancam,” jelas pemuda yang akrab disapa Onet itu.
“wilayah tangkap nelayan yang terancam perlindungannya secara tidak langsung akan berpengaruh pada pendapatan para nelayan. Belum lagi tantangan cuaca ekstrem akibat dari perubahan iklim yg sekarang kita sama-sama rasakan,” pungkasnya.(**)